Rabu, 24 Agustus 2011

Bangsa Penunggu Maghrib (Kenduri Cinta) Agustus 2011

Malam itu jelas sudah lewat waktu Maghrib. Demikian halnya waktu Isya’, bahkan sholat tarawihpun telah usai ditunaikan. Bertepatan dengan malam ke-13 Ramadhan 1432 H, forum bulanan Kenduri Cinta mengangkat tema “Bangsa Penunggu Maghrib”.

Diterangi sinar bulan yang belum sepenuhnya purnama, maiyyah malam itu diawali dengan tadarusan bersama. Satu per satu jamaah mulai hadir, hingga komando untuk merapatkan barisanpun diteriakkan sebagai tanda acara akan segera memasuki sesi inti. Mengantarkan jamaah untuk lebih membumikan tema diskusi yang diangkat, maka didaulatlah Mas Adi, Bang Rusdi, dan Ibrahim untuk memaparkan mukadimah Bangsa Penunggu Maghrib.

Mas Adi menguraikan bahwa penunggu adalah seseorang yang secara pasif menunggu sesuatu, sedangkan petunggu merupakan orang yang mengerjakan menunggu secara aktif. Maksudnya aktif adalah ia justru mengerjakan Maghrib, sebuah fase transisi kehidupan dari terang kepada gelap, sebuah cita-cita tentang perubahan hidup yang sangat mendasar dan penting. Perubahan ke arah manakah yang akan dibawa akan sangat tergantung dari niat, tingkat keikhlasan, serta pilihan jalan yang mana yang akan ditempuh.

Senada dengan uraian sebelumnya, Ibrahim lebih menjurus kepada akar kata maghrib sendiri. maghrib memiliki akar kata yang sama dengan gharby, artinya barat, tempat tenggelamnya matahari atau cahaya. Dikaitkan dengan ibadah puasa yang tengah kita jalani, maghrib merupakan saat para pelaku puasa membuka puasanya. Puasa memiliki pengertian yang sangat luas, apapun yang sebenarnya halal, bahkan menjadi hak kita, namun kita tinggalkan atau tahan sejenak, itulah puasa. Puasa tidak hanya menahan segala hal yang membatalkan puasa dari fajar hingga Maghrib. Puasa dalam arti luas bisa diumpamakan seorang cerdik pandai yang terpaksa menjadi seorang pendidik di daerah terpencil karena ketiadaan akses maka ia menjalani banyak keprihatinan.

Fase Maghrib yang banyak dinanti orang sehingga bangsa kita menjadi bangsa penunggu maghrib adalah sebuah kesempatan sekaligus tantangan pembuktian diri tentang seberapa berkualitas puasa yang dijalani sebelumnya. Artinya bahwa fase transisi ini bisa berpeluang menjadi sesuatu hal yang positif, namun bisa juga menjadi negatif. Bila transisi dijalani dengan tetap memegang sebuah kesadaran bahwa setelah Maghrib akan hadir malam dengan kegelapannya, maka kita tidak akan lupa diri dan melepaskan kendali kita terhadap nafsu yang seharian telah kita kekang dalam puasa. Sebaliknya bila dalam berbuka itu kita lakukan dengan pelampiasan dendam kesumat, kita sikat semua keinginan akan makan, minum dan segala urusan mulut, kerongkongan, perut hingga bawah perut, maka kita akan kehilangan momentum untuk mengisi malam dengan tarawih, tadarus dan tahajud, sehingga kesempatan untuk menerbitkan fajar kehidupan yang lebih baikpun semakin sulit diraih. baca selanjutnya >>...

Selasa, 23 Agustus 2011

Ulama-ulama Salaf Sholeh 01


Gus Ulin Arwani


Gus Bab Arwani

KH. Arwani Amin

Riyoyo Ala Sandal Jepit

"Mbah yo'opo iki sido riyoyo gak?".

"Ko'en iku onok ae, yo sido mosok riyoyo padhakno bal-balan ae".

"Lha iyo kan jare riyoyo iku hari kemenangan, berarti kan pancen koyo pertandingan".

"Yo gak ngono, menang iku mergo iso nglakoni poso nahan hawa napsu, tapi jane yo koyo sing nate tak critakno nek tujuanne poso iku yo mung nggo ngukur tingkat ketakwaane menungso nang Gusti Alloh. Nek misale onok sing rumongso menang iku yo jenenge mbelingan, wong poso iku lak tanding karo awak'e dhewe yo mesti ae mari ngono krosone yo menang terus".

"Tapi yo'opo riyoyo iki?".

"Yo'opo apane? Wong riyoyo iku yo mesti marine wulan romadhon...yo kari ko'en milih melok riyoyo sing endi? Ono sing nggae itungan ono sing kudu ndelok wujud'e mbulan".

"Enak'e yo melok sing ndhisik, dadi gek ndang riyoyo".

"Ko'en iku mikire enak'e ae, nek di othak-athik dalile, logikane riyoyo mendhing melok sing ndhisik, mergo nek misale kurang posone kan iso diganti, tapi nek wis riyoyo tapi isih poso kan harom".

"Cocok mbah, tapi yo'opo iki nek riyoyo?".

"Yo wis jelas kudu sholat id, tapi yo kudu ngetokno zakat fitrah, mergo nang dhawuhe Gusti Alloh ki angger2 tembung sholat mesti dibarengi karo tembung zakat".

"Yo iku lak pancen ngono, tapi yo'opo riyoyone?".

"Opo seh karepmu, riyoyo yo wis, pancen kudu riyoyo?".

"Lha yo'opo sampeyan iki, mosok riyoyo gak nyekel dhuwit blas...endi mosok sampeyan thok sing riyoyo?".

"Wo iku to karepmu, yo wis ngko tak tukokno barang sing wujud tur jelas manfaat, sendal jepit anyar yo?".

"Opo'o kok sendal jepit".

"Sendal jepit iku tuku siji oleh loro, terus kuat masiyo mbok jepit sak kayangmu, hakekate ko'en cukup

nyekel keyakinanmu siji ae ngko kabeh katut, kanggo ngalasi lakumu supoyo gak soro teko panase urip, trus manfaate jelas nek digae nang mesjid gak kuatir dicolong".

"Yo bener sendal jepit, yo enak gae nyawat...utamane gae nyawat sampeyan...wong sambatan malah diceramahi".


Sabtu, 18 Juni 2011

Huawei U8230 Ponsel Android


Huawei U8230 Ponsel Android

* Kamera - 3.2 Megapixels dengan autofocus
* Display - 3.5 / HVGA 480 × 320 pixel Touchscreen w / Hardware Buttons:? Trackball / HVGA LED
* Dimensi - 116 x 63 x 13,5 mm; 130 gram
* Prosesor - Qualcomm 7200A 528 MHz processor
* Internal / Eksternal Memori - 128 MB RAM / 1 GB internal storage / MicroSD (Hingga 16 GB)
* Baterai - 1500 mAh Lithium-ion battery
* Standby Time - 300 Jam
* Talk Time - 4,5 Jam

HKC Cell Phone Pearl Android


HKC Telepon Pearl Android

* Kamera - kamera 2MP
* Display - TFT 2,8-inci / 240 x 320 piksel, transflective warna, sisik 65536
* Dimensi - 58 x 109,1 x 14,9 mm, 128g
* Prosesor - prosesor 624MHz
* Internal / Eksternal Memori -128 MiB RAM, microSD, microSDHC, TransFlash, SDIO
* Baterai - 1250 mAh
* Standby Time - Sampai dengan 360 Jam
* Talk Time - Sampai dengan 5 jam

Masih Bisa Cinta

Hari ini kau patahkan hatiku
Kau patahkan niatku
Kau patahkan semangatku

Entah mengapa ku masih bisa cinta
Bisa cinta padamu
Kumaafkan salahmu

Berjanjilah berjanjilah untukku

Datang padaku
Lihat mataku
Akan kucoba perhatikan kamu

Datang padaku
Rasa hatiku
Akan kucoba terus cinta kamu

Air mata tak akan ku uraikan
Hanya mengelus dada
Kumaafkan salahmu

Oleh: Iwan Fals

Jumat, 17 Juni 2011

Matalakitamata

laki-laki itu,
dipinggiran desa
meminggir disebuah kedai para matalakitamata

laki-laki itu,
dengan tuak berbambu-bambu ditangannya
menenggak air api sampai setengah mabuk

laki-laki itu,
membara,
lara,

menatap mata lawannya satu persatu
serasa hidup
serasa mati
tak menyisakan syara’

mata laki-laki itu, mata
langkah laki-laki itu, kerangka
jiwa laki-laki itu, bayang-bayang
raga laki-laki itu, gara-gara
laki-laki itu,

melembagakan karsa nelangsa
memburaikan dasa rasa
sejuta rasa maksa
memaknai selaksa masa
meraksasa,
di setitik air, memangsa

; “aku haus!”

beri aku anggur untuk mabukku

beri aku cinta untuk dahaga setubuhku

; “aku mau telanjang!”

o, alam

berikan aku nafsu awang-uwung
berikan aku bidadari cakra dari wadag para wali-wali
untuk kubelai
untuk kucucup menelungkup disetangkup kukup

tapi,

jangan di sini
jangan di sana

hidup kita malam hari
tidur kita siang hari
tempat kita dibelantara sembrani nurani

mari,

mari mendekat duhai bidadariku
mari kita bercengkerama bersama dayang-dayang di istana para raja-raja
diperaduan rumah kaca;

ma, ta, la, ki, ta, ma, ta

laki-laki itu,
semakin mabuk,
Matalakitamata

serambi sentul, 12/06/2011

Samsung I5700 Spica Ponsel Android



Samsung I5700 Spica Ponsel Android

* Kamera - 3.15 MP, 2048 × 1536 piksel dengan autofokus
* Display - 320 x 480 piksel, 3,2 inci, TFT touchscreen kapasitif
* Dimensi - 115 x 57 x 13.2 mm
* Prosesor - prosesor 800MHz
* Internal / Eksternal Memori - 180 MB storage, microSD (TransFlash) sampai dengan 32GB
* Baterai - Standard battery, Li-Ion 1500 mAh
* Standby Time - Sampai dengan 650 jam (2G) / Hingga 580 jam (3G)
* Talk Time - Sampai dengan 11 jam 30 menit (2G) / Hingga 6 jam 50 menit (3G)

Kamis, 16 Juni 2011

Hadiyah

"Le ko'en wingi nang mantene koncomu kok ngado kotak cilik, isine nopo?"

"Sendok teh sak setel"

"Lha kok aneh, nek sing umum iku yo ngado dhuwit, opo piring, ngono"

"Njenengan niku dospundi to, nek ngado niku nggih sing paling manfaat"

"Nek ngono yo jelas luwih manfaat dhuwit"

"Halah dhuwit paling banter 20ewu, wong nyuwun njenengan nggih mboten angsal,

trus nek piring paling ngge mangan wong saklusin, nek sendhok, masiyo sing ajeng

wedangan sak stadion, sendoke cukup setunggal ngge gulo, sing tunggale ngge

ngudhe'e"

"Wooo cekak aos"

"Jane ngado niku wajib nopo mboten to?"

"Yo nggak, ngado ki istilahe hadiyah, jane masalah roso, nek ko'en pengin nyambung roso nang sopo wae, sing penting niate tulus ikhlas"

"Wo nggih jelas nek kulo mesti menehi niku mesti tulus, ikhlas, wong kantun

menehke mawon"

"Sik2 berarti kadomu iku ko'en gak tuku yo?"

"Nggih mboten wong niku kulo nggih angsal hadiyah pas arisan taun riyin"

"Untung ae gak kedaluwarso"

"Njenengan sok maringi hadiyah mboten?"

"Nek aku sing penting ki wujud perhatiane dudu wujud barange, utamane yo

dungane supoyo slamet lan barokah, mung nek pas duwe rejeki luweh yo tak

tukokno hadiyah"

"Tapi pas kulo ulang taun kok mboten dihadiyahi?"

"Lha ko'en iku lak jatah bulanan yo wis, perhatian yo akeh, trus kurange opo kok

isih njaluk hadiyah"

"Kadose sing kurang niku barokahe, soale nek njenengan maringi duwit kulo mesti

karo ngroweng tur alise gathuk, mulane duwite cepet telas terus"

"Wooo. yo wis ngko tak wenehi, trus tak dunga'no supoyo gak njalukan"

"Huuu...cethil"

oleh: Masmoe Adi

Samsung Moment, InstinctQ Ponsel Android



Samsung Moment, InstinctQ Ponsel Android

* Kamera - 3,2 megapiksel dengan flash dan camcorder dengan auto-fokus
* Display - 3.2 inch 320 × 480 piksel Touchscreen dengan Slideout QWERTY; warna 16M
* Dimensi - 117 x 59 x 16 mm; 161 gram
* Processor - 800 MHz Samsung S3C6410 CPU
* Internal / Eksternal Memori - RAM 256MB / 2 GB microSD card termasuk (upgradeable untuk 32GB)
* Baterai - Li-ion 1440mAh
* Talk Time - Sampai 5,5 Jam

Rabu, 15 Juni 2011

Samsung I7500 Smart Phone



Samsung I7500 Ponsel Android

* Kamera - 5.0 Megapixels dengan autofocus
* Display - 3,2 x 480 piksel inches/320 Kendali AMOLED Touchscreen
* Dimensi - 115 x 56 x 12 mm; 114 gram
* Processor - 528MHz ARM11
* Memori Internal / Eksternal - 8GB/microSD/microSDHC
* Baterai - 1500 mAh Lithium-ion battery
* Standby Time - Sampai dengan 450 Jam
* Talk Time - Sampai 6,5 Jam

Khusyuk Kok Syarat

"Kok ndengaren ko'en nggae kopyah kate nang endi?"

"Lha yo'opo sampeyan iki, yo nang mesjid"

"Ngono yo, sukurlah saiki wis memper, mulai kapan ko'en nggae kopyah"

"Yo durung suwe mbah, wong iki kari nggae"

"Kok iso?"

"Yo iso wong aku saiki dodolan kopyah"

"Wo pantes, promosi tiba'e"

"Lha mosok dodolan kopyah gak nggae kopyah, yo'opo katene payu"

"Untung ae ko'en gak dodolan beha"

"Jane ngono aku nggae kopyah supoyo tambah khusyuk le sholat, ning mestine kudu nggae kopyah gak se?"

"Yo nggak, wong sirah iku dudu aurat, paling yo mung meloki kebiasaan sing dianggep apik. Ono sing ngarani nggae kopyah ki sunnah, mergo dicocokno karo kebiasaane kanjeng Nabi lan poro shohabate, sing mesti ngagem surban kae nek sholat"

"Mung nek koyo sampeyan nggae kopyah ki ketoke gak nyonto kanjeng Nabi, ning supoyo ketok apik wong rambut sampeyan kan wis arang"

"Trus yo'opo caramu dodolan?"

"Biasane nek katene jumatan wis siap buka dhasar mulai esuk nang latar mesjid, nek wayahe sholat tutup, marine sholat buka meneh"

"Yo bener, nek manut dhawuhe kanjeng Nabi, dagangan pancen gak oleh nang njero mesjid, masiyo barange gak wujud, opo meneh sampe nyang-nyangan... tujuane jelas supoyo gak ngganggu konsentrasine sing do sholat utowo wiridan, yo etikane ki ojo sampe ngadhep Gusti Aloh podho karo ngadhep dagangan"

"Jelas mbah, aku nek wayahe sholat yo konsentrasi tur khusyuk temenan, ning mari salam langsung mbandhang"

"Sik2 nek ngono iku salammu ping piro"

"Yo kadhang pisan kadhang pindo, kan jare sing wajib syarate mung sepisan"

"Lha khusyuk kok mung syarat"

"Nek khusyuk gak dadi syarat terus opo'o kok kudu khusyuk?"

"Khusyuk iku nek istilah gampange podho karo nggethu, dadi misale tentara khusyuk barise, trus arek sekolah khusyuk sinau, dadi khusyuk ki kondisi sing dasare soko keyakinan nang opo sing mbok lakoni"

"Berarti wis jelas aku ki ahli khusyuk, wong sering aku sampe lali gak mangan mergo nggethu dagangan"

"Huu nek ko'en iku gak polahe khusyuk, tapi pancen kudu ngono, nek gak yo'opo caramu mbayar cicilan motor"

"Ning khusyuke yo isih menang aku timbang sampeyan"

"Lha kok iso"

"Kapan iko sampeyan pas sholat jumat kok rogoh2 kantong?"

"Wo iku ngono putuku telpun, dadi hapeku geter, lha iku laK podho karo nek dicokot nyamuk, kan isih oleh anggere gak usreg nemen...ko'en nang endi kok eruh?"

"Kan aku sholat nang mburine sampeyan"

"Nek ngono yo ko'en batal wong sholat kok ngewasno tanganku"

"Yo nggak, sampeyan sing batal, wong sholat kok tangane iso milih tombole hape"

Selasa, 14 Juni 2011

Repote Medayoh

"Assalamualaikum" "Walaikumsalam, o sampeyan mbah, dengaren panas2 tekan kene, ayo mlebu kene" "Yo'opo ko'en waras ta?" "Alhamdulillah waras mbah, nek gak waras, yo sampeyan gak tak ko'en mlebu... Sampeyan waras ta?" "Yo waras, nek gak yo ko'en gak tak salami"
"Ayo, lungguh kene, sepurane iki kursine wis bedah" "Gak popo wis, tenang ae aku yo wis ngiro nek kursimu mesti ngono, kursi ojok didelok bedah ta enggak'e, masiyo kursine apik regane jutaan, neng gak iso jenak lungguhe, mergo olehe kursi nggae coro sing gak halal, yo percuma" "Nek kursiku masiyo bedah, neng termasuk barang antik tur mesti halal, neng nek sampeyan gak jenak lungguhe, ketoke ambeyen be'e" "Ko'en iku sing aneh, nduwe barang antik ki guci ta lukisan, iki kursi bedah diingoni"
"Sik yo tak menjero dhisik" "Wis gak usah repot2, kene ngobrol2 ae, sing jenenge adabe nompo dayoh ki utamane disalami sing apik trus ngobrol sing enak" "Gak ngrepoti wong pancene wis tak niati wit mau" "Opo se sing katene ditokno?" "Iki katene mepe kasur" "Hu tak kiro nggawekno ngombe" "Lha kan jare sampeyan dhewe nek nyuguhi dayoh ki gak utama" "Sampeyan katene ngombe ta?" "Iyo rek, ngelak temenan iki" "Ono banyu tapi durung digodhog, sampeyan gelem ta?" "Yo'opo ko'en iku, padhakno iwak ta aku iki, yo godhogen sik banyune" "Neng nggodhoge sik suwe, sampeyan gelem ngenteni?" "Wis gak popo godhogen ae...eh ngenteni opo seh?" "Ngenteni rejeki, polahe gase entek, aku sedino durung oleh duwit" "Wis gak sido ngombe"
"Tak tukokno ngombe ta" "Yo tukokno es teh yo" "Sip nek ngono aku tak njaluk es setrup, endi kene duwite" "Cik repote medayoh nang nggonmu, dayohe nukokno ngombe gae dhewe karo sing didayohi" "Lha kan mosok dayohe ngombe dhewe, dayoh cap opo iku" "Wis tak moleh ae, gak sido medayoh" "Mangkane ta sesuk meneh nek katene medayoh nggowo oleh2 ta opo ngono"
Oleh: Masmoe Adi

Samsung T939 Atau Ponsel Android II




Samsung T939 Ponsel Android II

* Kamera -? 5 MP, 2592 1944 piksel, autofocus, LED flash
* Display - kapasitif AMOLED touchscreen, 16M warna 320 x 480 piksel, 3,2 inci: Accelerometer sensor untuk auto-rotate
* Dimensi - 56 x 116 x 13 mm, 119 gram
* Processor - 528 MHz Qualcomm MSM7200A
* Internal / Eksternal Memori-microSD, hingga 16 GB,
* Baterai - 1500 mAh Li-Ion
* Waktu Siaga - Sampai 400 jam
* Talk Time - Sampai 6 jam

Kenduri Cinta Juni 2011: "Dari Sana... Sini... Kemari"

Ditulis Oleh: Red KC/Ratri Dian Ariani
Kenduri Cinta bulan Juni ini diawali dengan pembacaan juz ketiga Alquran dan shalawat, yang kemudian dilanjutkan pemaparan mengenai latar belakang pemilihan judul Kenduri Cinta bulan ini. “Judul ini maksudnya ajakan, perintah, petunjuk, atau apa? Yang jelas kalimat itu menunjukkan lokasi. Sebelum menemukan arah, kita pasti mencari petunjuk. Bahwa dengan adanya KC, yaitu sebagai majelis ilmu, kita belajar dan belajar untuk mengenali lagi petunjuk itu : apa, di mana, bagaimana cara mencarinya, dan apakah benar-benar berasal dari Allah? Intinya adalah Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,” begitu papar Mas Adi. Mas Parman menyambung, “Judul KC kali ini sangat menarik. Kalau di Brebes ada sing kana kene, mrene. Ungkapan itu mengandung makna tersirat maupun tersurat. Yang mengatakan kalimat itu pasti adalah pihak yang tidak bergerak. Misalnya dalam shalat Jumat, ta’mir masjidlah yang ngomong ‘Dari sana sini, kemari’. Begitu pula di gereja, dan sebagainya.” “Gerak tangan dan anggota tubuh yang lain, semuanya bergerak ke arah hati. Dalam surah Yaasiin, kita diminta pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita.” “Manusia ini yang awalnya tidak ada kemudian menjadi ada, suatu saat pasti akan kembali ke tidak ada. ‘Tidak ada’ yang pertama berarti belum ada; yang kedua adalah ‘tidak ada’ setelah kita ada.” Dalam kesempatan kali ini Bang Mathar menjelaskan mengenai hari jadi kota Jakarta, “Penetapan hari ulang tahun Jakarta tanggal 22 Juni itu sangat panjang ceritanya. Gubernur Sudiro melalui SK tahun 1957 dengan konsiderans, melalukan penetapan itu untuk menjinakkan Masyumi. Babad Tanah Cirebon dan Priangan jilid 1 tahun 1901 mengungkap kekeliruan penetapan hari lahir Jakarta,” “Fatahillah tidak pernah meninggalkan satu langgar atau masjid pun. Mana mungkin itu bisa disebut Islamisasi?” Usai prolog, disajikan beberapa hiburan. Yang pertama ada Mas Gombloh (bernama asli Sudjito) yang membawakan beberapa lagu. Kemudian disusul oleh Mas Ari (Asep Tohari) yang membawakan puisi berjudul ‘Doa di Pinggir Trotoar’, lantas kolaborasi apik dari Mbah Yuli dan Mas Anjar yang juga membawakan beberapa buah lagu; salah satunya dengan penggalan lirik seperti di bawah ini : Islam cinta perdamaian Kristen penuh kasih sayang Hindu-Buddha tak suka bertengkar Bicara lintas agama, hukum, serta moral bangsa Hanya ada di Kenduri Cinta Lestarikan budaya Lestarikan budaya “Anda paling tidak adalah generasi baru yang berpikiran tua. Bagaimana menurut Anda kepemimpinan generasi muda untuk mampu menggantikan yang tua-tua di atas? Syahrir telah menjadi perdana menteri pada umur 31; Hatta pada 37; Soekarno 40an; Panembahan Senopati 18. Apakah ada proses kepercayaan? Atau ada keberlanjutan proses? Adakah upaya untuk mentransformasi budaya?” Bang Arya Palguna memoderatori sesi diskusi dengan pertanyaan-pertanyaan itu. “Dua atau tiga tahun lalu saya pernah nulis esai yang dimuat di Kompas atau Gatra, judulnya ‘Generasi Larva’. Hipotesis saya adalah ada lingkaran setan, yaitu dari informasi yang tidak lengkap menghasilkan disinformasi. Disinformasi memproduk konklusi yang salah, di mana konklusi yang salah menghasilkan sikap yang salah. Sikap yang salah kembali lagi akan menghasilkan informasi yang salah, dan demikian seterusnya,” ungkap Sabrang, “Bagaimana untuk memecahkan itu? Secara empiris dapat diperbandingkan pengetahuan dan keberanian bertanya pada generasi lalu dengan generasi sekarang. Yang harus dihasilkan sekolah adalah semakin banyak pertanyaan. Ayo dipotong generasinya! Alternatifnya : bunuh mereka. Tapi kan ya nggak mungkin, maka alternatif lainnya adalah kita tunggu matinya. Kita harus punya rumusan sendiri, dengan cara mempertanyakan. “ “Kita belum punya budaya untuk bertanya kepada diri sendiri. Ada teman saya lama di Kanada yang bernama Hariyanto (dikenal juga sebagai Ted), seorang tokoh sosialis yang sempat lama jadi buronan juga. Ternyata yang dia bahas sangat menarik. Cita-citanya adalah membuat seluruh dunia jadi sosialis. Siapa tahu benar juga lho? Gagasan-gagasan di situ tidak bisa kita tolak seratus persen. Kok lama-lama saya jadi menemukan ada banyak kesamaan juga dengan Islam ya? Komunis itu kan berasal dari kata komunal, yang artinya kebersamaan. Kesimpulan saya sederhana saja : Sesuatu yang baik tidak harus selalu berasal dari yang ‘mengkilat-mengkilat’. Yang baru saya lakukan adalah dekonstruksi diri saya sendiri. Ini harus berasal dari pikiran saya sendiri.” “Tidak ada proses mengajari. Yang ada adalah proses memberi kesempatan belajar. Pada bayi, misalnya, tidak ada yang mengajarinya. Kalau kata CN, Tuhan sendiri yang mengajari. Tentu cara Tuhan mengajari tidak seperti cara guru. Seorang bayi tumbuh dan belajar tidak dalam konstruksi sosial. Manusia punya insting untuk mengikuti dulu, prosesnya belakangan.” “Kalau hak asasi menimbang sudah diputuskan oleh guru kita, bagaimana kita bisa bikin generasi baru? Yang saya lakukan tidak banyak. Paling-paling bersama band saya Letto. Lirik itu tentang gagasan, bukan tentang kata-kata. Gagasan ini tidaklah mentah, melainkan harus diasah. Nulis lirik sepanjang pengalaman saya hanya butuh waktu 2 sampai 3 jam, karena gagasannya sudah jelas. Yang saya tulis bukanlah potret kejadian, melainkan skema atau scene nya; sehingga bisa diartikan apa saja. Skema-skema yang saya tuliskan itu merupakan pemantik bagi pendengar.” Uraian-uraian dari Sabrang itu disambung oleh mas Agung Waskito, “Ada suatu berita yang sangat memukul saya sebagai pekerja seni. Sinetron-sinetron sekarang syuting satu hari harus untuk dua episode. Nulis skenarionya juga gitu. Penulisnya anak-anak yang masih baru, sangat muda, tinggal di suatu apartemen mewah dengan mobil, dan kalau ditanya tentang teori penulisan skenario nggak ngerti sama sekali. Karena yang mereka lakukan adalah menonton VCD film-film Korea, India, Barat, dan sebagainya; kemudian menerjemahkannya dan jadilah skenario sinetron.” “Plagiat berarti maling. Itulah yang setiap hari kita tonton. Pada masa lalu – saya masih SMP atau SMA – ada tokoh Ismail Subarjo yang menulis skenario film layar lebar berjudul ‘Perempuan dalam Pasungan’, yang diduga merupakan plagiat terhadap film Hongkong. Awalnya dia mengelak, tetapi setelah dibandingkan ternyata terlihat sangat persis. Dihujatlah dia habis-habisan. Sekarang yang terjadi justru sebaliknya, di mana semuanya plagiat dan nggak ada yang menghujat. Sembilan puluh persen sinetron sekarang adalah seperti yang saya katakan tadi.” “Sebenarnya potensi kita sangatlah besar sekali. Yang sekarang terjadi adalah : siapa yang kita tiru? Maling semua? Seorang yang gagah perkasa, tinggi-besar, tapi untuk menelan ludah ragu-ragu saja bisa jadi presiden.” “Plagiat itu apa sih? Kalau Thomas Alva Edison tidak menciptakan listrik, apakah dunia kita akan gelap gulita? Tidak, karena ada orang lain yang akan melakukannya. Berbeda dengan halnya seni. Kalau misalnya CN tidak menciptakan buku Slilit Sang Kyai misalnya, apa ada yang akan membuatnya? Itulah bedanya penemuan sains dan seni.” “Sekarang kita marah-marah sama Malaysia. Sebenarnya lebih plagiat mana kita sama Malaysia? Stripping sehari 120; kalau setahun sudah berapa?” “Dunia musik masih dihargai, tapi kalau yang lain sudah hancur. Kelihatannya saja kita punya banyak organisasi, tapi sebenarnya tidak punya. Perubahan bisa dilakukan oleh satu orang saja, tapi alangkah indahnya jika itu kita lakukan bersama-sama.” Sekarang giliran mas Andre. “Berangkat dari uraian Sabrang tadi, ada sudut pandang, ada cara pandang, ada jarak pandang. Saya tambahin dua lagi yaitu instrumen pandang dan fokus pandang. Selama ini kita selalu memakai tesis-antitesis-sintesis. Yang lebih cocok menurut saya adalah tesis-protesis-sintesis, karena dalam dialektika, antithesis tidak akan ketemu formula. Dalam teori penciptaan alam, untuk menuju blackhole harus ada bigbang.” “Mumpung sekarang tanggal 10 Juni, ada dalam sejarah tanggal 6 Juni 1901 merupakan hari kelahiran Bung Karno; tanggal 8 Juni 1921 Pak Harto. Kita harus cari titik temu antara Bung Karno dan Pak Harto. Melalui Nasakomnya Bung Karno menekankan bahwa yang penting bukanlah agamanya melainkan metodenya. Pak Harto dengan Trilogi Pembangunannya, menekankan pembangunan fisik.” “Fir’aun dijatuhkan oleh Musa. Bilqis dijatuhkan oleh Sulayman. Strategi Sunan Kalijogo mengawal dari pedalaman ke Demak. Ada Kadipaten Semarang yang paling kaya secara ekonomi, dipimpin oleh Adipati Pandanarang. Kita harus bisa mencari titik temunya.” “Sesuatu yang mikro harus dipertemukan dengan yang makro. Yang hakikat dengan syari’at. Yang wacana dengan yang skill. Yang ruh dengan yang jasad. Harus ada eksekutor, bukan hanya konseptor atau motivator. Jangan mempertentangkan, tapi carilah titik temu.” “Tahun 1992-1997 terjadi krisis ekonomi di Indonesia, yang memunculkan orang kaya tapi miskin. Tahun 1997-2002 krisis politik, melahirkan orang kuasa tapi lemah. Tahun 2002-2007 krisis ilmu; banyak orang pintar yang goblok. Nha, tahun 2007-2012 – silahkan kalau mau dihubungkan dengan kalender Maya – terjadi krisis spiritual, di mana banyak orang alim tapi brengsek.” Ketika dibuka sesi tanya jawab, salah satu tanggapan datang dari Iqbal yang mempertanyakan apakah Pancasila itu produk budaya atau ilmiah. Kemudian dia juga memandang bahwa yang mau mengutak-atik Pancasila itu adalah anak-anak muda yang nggak ngerti sejarah, yang tidak memahami kultur saat Pancasila itu dibikin. Terakhir dia bertanya tentang relevansi Pancasila pada zaman sekarang. Sabrang menanggapi respon tersebut, “Kalau Anda bilang tadi bahwa yang mau mengutak-atik Pancasila nggak ngerti sejarah – dan saya merasa ditunjuk – selamat! Anda benar seratus persen! Cangkir silahkan diambil kapan saja. Justru karena itulah makanya saya bertanya. Anda lebih tahu tapi kok tanya relevan atau nggak? Mosok ahli kok tanya? Yang saya ajak adalah mbok jangan gampang percaya. Kalau kita lihat buku-buku yang beredar sekarang : itu berdasar pengetahuan penulisnya atau berdasar edisi sebelumnya? Nek ada yang salah berarti juga kebawa salahnya. Dasar demokrasi adalah ketidakpercayaan kepada orang lain, makanya ada sistem kontrol.” “Tentang plagiat; kalau Anda bikin skripsi nyonto dari satu skripsi itu plagiat; kalau dari 10 skripsi, itu namanya riset. Piye iki jal? Kalau hal-hal kecil saja kita nggak mampu bereskan, gimana mau ngurusin hal-hal besar? Yang saya tawarkan adalah berpikir kritis. Pertanyakan segala sesuatu. Mari kita berpikir lagi atas keputusan-keputusan Anda. Urip kok mung manut-manut wae.” “Di dalam uang Dollar ada kalimat ‘In God we trust’. Itu berarti Tuhan hadir dalam nilai tukar itu sebagai Sang Maha Kaya. Tapi sekarang kan nggak. Ada pasar uang, pasar saham, pasar modal, dan pasar komoditas,” Mas Andre menambahi, “Hebato apapun, kalau sudah urusan sama sistem, akan di-KO-kan sebelum itu.” “Sekarang ada metode baru untuk mempelajari titik-titik pusaran ideologi, yaitu Hipnoforensic. Kita harus percaya diri. Bangsa Yahudi adalah wangsa Kartika, Aria adalah wangsa Surya (termasuk di dalamnya China). Dravida wangsa Chandra, dan kita adalah wangsa Bumi (pusat).” Lewat tengah malam, Letto hadir menyuguhkan beberapa lagu – sebagian diambil dari album barunya, Cinta Bersabarlah, dan sebagian lagu-lagu lama. “Manusia tidak punya bakat benci. Punyanya bakat cinta. Benci adalah cinta yang terlukai, “ ujar Sabrang. Setelah hiburan dari Letto, giliran Ustadz Widjayanto memberikan kesegaran dengan guyonan-guyonannya tapi tentu saja juga penuh dengan muatan-muatan ilmu. “Setiap orang datang ke sini, pastikan bahwa terjadi 5 hal ini : Bertambah ilmunya Bertambah sahabatnya (saling mengenal di antara sesama)Muncul nilai-nilai ekonomiBertambah baik perilakunyaMembawa keberkahan Demikianlah KC bulan Juni kemudian ditutup setelah berdoa bersama-sama.

Jumat, 27 Mei 2011

Kartu Kredit akan tergeser oleh Ponsel Android

Hanya dengan Google Wallet, anda bisa bertransaksi elektronik yaitu dengan ponsel Android. Mau coba..!!!

Google Wallet adalah sistem pembayaran dengan ponsel Android.

Google sepertinya tidak pernah berhenti membuat terobosan. Setelah dianggap berhasil dengan sistem operasi Android di ponsel, Google menggandeng MasterCard, Citigroup dan Sprint untuk meluncurkan sistem pembayaran berbasis ponsel.

Proyek yang dinamakan Google Wallet ini akan memungkinkan chips khusus yang rencananya dipasang di perangkat Android, untuk digunakan sebagai pembayaran. Ketimbang menggesek kartu kredit, konsumen cukup mendekatkan dan menempelkan ponsel Android-nya ke perangkat khusus untuk membaca sistem pembayaran.

"Kami sedang mempersiapkan era baru perdagangan, yang akan kami bawa online dan offline secara bersamaan," kata VP bidang Perdagangan Google, Stephanie Tilenius saat meluncurkan proyek ini, seperti dikutip dari laman CNN.

"Kami percaya pengalaman berbelanja belum ditransformasikan oleh teknologi atau magis. Sekarang, ponsel Anda bisa menjadi dompet. Anda tinggal sentuh layar ponsel Android Anda, bayar, dan menabung," lanjut Stephanie.

Saat ini, baru nasabah Citibank yang akan dapat menggunakan ponsel mereka sebagai dompet, dengan menghubungkan ponsel mereka dengan kartu kredit atau debit. Namun, Google juga sedang mengembangkan platform terbuka yang akan bisa digunakan dengan kartu apapun.

Google berharap akan banyak sejumlah perusahaan lain menjadi partnernya. Pengguna Android pun akan mampu mengatur transaksi mereka melalui aplikasi di ponselnya.

Sistem ini baru tersedia di ponsel Nexus S produksi Sprint. Agar sistem pembayaran ini bisa digunakan, Google memang membutuhkan chip NFC (Near-Field Communication) dipasang di ponsel Android. Sistem ini akan dipasang dalam versi terbaru sistem operasi Android, sehingga bisa digunakan dalam sistem pembayaran ala Google ini.

Google Wallet akan diluncurkan di San Francisco dan New York musim panas ini. Selanjutnya, akan diluncurkan secara nasional di Amerika Serikat di bulan-bulan berikutnya.

Senin, 14 Februari 2011


Ah, Muhammad, Muhammad. Betapa kami mencintaimu. Betapa hidupmu bertaburan emas permata kemuliaan, sehingga luapan cinta kami tak bisa dibendung oleh apa pun. Dan jika seandainya cinta kami ini sungguh-sungguh, betapa tak bisa dibandingkan, karena hanya satu tingkat belaka di bawah mesranya cinta kita bersama kepada Allah.

Akan tetapi tampaknya cinta kami tidaklah sebesar itu kepadamu. Cinta kami tidaklah seindah yang bisa kami ungkapkan dengan kata, kalimat, rebana, dan kasidah-kasidah.Dalam sehari-hari kehidupan kami, kami lebih tertarik kepada hal-hal yang lain.

Kami tentu akan datang ke acara peringatan kelahiranmu di kampung kami masing-masing, namun pada saat itu nanti wajah kami tidaklah seceria seperti tatkala kami datang ke toko-toko serba ada, ke bioskop, ke pasar malam, ke tempat-tempat rekreasi.

Kami mengirim shalawat kepadamu seperti yang dianjurkan oleh Allah karena Ia sendiri beserta para malaikat-Nya juga memberikan shalawat kepadamu. Namun pada umumnya itu hanya karena kami membutuhkan keselamatan diri kami sendiri.

Seperti juga kalau kami bersembahyang sujud kepada Allah, kebanyakan dari kami melakukannya karena kewajiban, tidak karena kebutuhan kerinduan, atau cinta yang meluap-luap. Kalau kami berdoa, doa kami berfokus pada kepentingan pribadi kami masing-masing.

Sesungguhnya kami belum mencapai mutu kepribadian yang mencukupi untuk disebut sebagai sahabatmu, Muhammad. Kami mencintaimu, namun kami belum benar-benar mengikutimu. Kami masih takut dan terus menerus tergantung pada kekuasaan-kekuasaan kecil di sekitar kami. Kami kecut pada atasan. Kami menunduk pada benda-benda. Kami bersujud kepada uang, dan begitu banyak hal-hal yang picisan.

Setiap tahun kami memperingati hari kelahiranmu. Telah beribu-ribu kali umatmu melakukan peringatan itu, dan masing-masing kami rata-rata memperingati kelahiranmu tiga puluh kali. Tetapi lihatlah : kami jalan di tempat. Tidak cukup ada peningkatan penghayatan. Tidak terlihat output personal maupun sosial dari proses permenungan tentang kekonsistenan. Acara peningkatan maulidmu pada kami mengalami involusi, bahkan mungkin degradasi dan distorsi.

Negarawan Agung

Zaman telah mengubah kami, kami telah mengubah zaman, namun kualitas percintaan kami kepadamu tidak kunjung meningkat. Kami telah lalui berbagai era, perkembangan dan kemajuan. Ilmu, pengetahuan, dan teknologi kami semakin dahsyat, namun tak diikuti dahsyatnya perwujudan cinta kami kepadamu.

Kami semakin pandai, namun kami tidak semakin bersujud. Kami semakin pintar, namun kami tidak semakin berislam. Kami semakin maju, namun kami tidak semakin beriman. Kami semakin beriman, namun kami tidak semakin berihsan. Sel-sel memuai. Dedaunan memuai. Pohon-pohon memuai. Namun kesadaran kami tidak. Cinta dan internalisasi ketuhanan kami tidak.

Kami masih primitif dalam hal akhlak—substansi utama ajaranmu. Padahal kami tak usah belajar soal akhlak karena tidak menjadi naluri manusia; berbeda dengan saudara kami kaum Jin yang ilmu tak usah belajar namun akhlak harus belajar. Akhlak kaum jin banyak yang lebih bagus dari kami.

Sebab kami masih bisa menjual iman dengan harga beberapa ribu rupiah. Kami bisa menggadaikan Islam seharga emblem nama dan segumpal kekuasaan. Kami bisa memperdagangkan nilai Tuhan seharga jabatan kecil yang masa berlakunya sangat sementara. Kami bisa memukul saudara kami sendiri, bisa menipu, meliciki, mencurangi, menindas, dan mengisap, hanya untuk beberapa lembar uang.

Padahal kami mengaku sebagai pengikutmu, Ya Muhammad. Padahal engkau adalah pekerja amat keras dibanding kepemalasan kami. Padahal engkau adalah negarawan agung dibanding ketikusan politik kami. Padahal engkau adalah ilmuwan ulung dibanding kepandaian semu kami. Padahal engkau adalah seniman anggun dibanding vulgar-nya kebudayaan kami.

Padahal engkau adalah pendekar mumpuni dibanding kepengecutan kami. Padahal engkau adalah strateg dahsyat dibanding berulang-ulangnya keterjebakan kami oleh sistem Abu Jahal kontemporer.

Padahal engkau adalah mujahid yang tak mengenal putus asa dibanding deretan kekalahan-kekalahan kami. Padahal engkau adalah pejuang yang sedemikian gagah perkasa terhadap godaan benda emas dibanding kekaguman tolol kami terhadap hal yang sama.

Padahal engkau adalah moralis kelas utama dibanding kemunafikan kami. Padahal engkau adalah panglima kehidupan yang tak terbandingkan dibanding keprajuritan dan keseradaduan kepribadian kami. Padahal engkau adalah pembebas kemanusiaan.

Padahal engkau adalah pembimbing kemuliaan. Padahal engkau adalah penyelamat kemanusiaan. Padahal engkau adalah organisator dan manajer yang penuh keunggulan dibanding ketidaktertataan keumatan kami.

Padahal engkau adalah manusia yang sukses menjadi nabi dan nabi yang sukses menjadi manusia, di hadapan kami. Padahal engkau adalah liberator budak-budak, sementara kami adalah budak-budak yang tak pernah merasa ,menyadari, dan tak pernah mengakui, bahwa kami adalah budak-budak.

Sementara kami adalah budak-budak—dalam sangat banyak konteks yang sudah berbincang tentang perbudakan, segera mencari kalimat-kalimat, retorika, dan nada yang sedemikian indahnya sehingga bisa membuat kami tidak lagi menyimpulkan bahwa kami adalah budak-budak.

Di negara kami ini, umatmu berjumlah terbanyak dari penduduknya. Di negeri ini, kami punya Muhammadiyah, punya NU, Persis, punya ulama-ulama dan MUI, ICMI, punya bank, punya HMI, PMII, IMM, Ashor, Pemuda Muhammadiyah, IPM, PII, pesantren-pesantren, sekolah-sekolah, kelompok-kelompok studi Islam intensif, yaysan-yayasan, mubalig-mubalig, budayawan, dan seniman, cendekiawan, dan apa saja.

Yang kami tak punya hanyalah kesediaan, keberanian, dan kerelaan yang sungguh-sungguh untuk mengikuti jejakmu.